Imalah dalam lahjat arab masa kini.
Dalam beberapa qamus bahasa arab huruf(ل ي م ) menunjukan pemalingan atau mencondongkan kepada sesuatu yang lain.
Ibnu faris menyatakan bahwa “huruf (م ي ل ) adalah kalimat yang bisa memalingkan sesuatu ke bentuk yang lain.
Imam syibawaihi memberikan komentar tentang imalah dengan perkataan beliau “ pada kalimat باب، مال، باع bagi orang yang ingin membaca imalah maka lazim bagi orang itu untuk membacanya dalam berbagai situasi atau kondisi, karna menurut pandangan mereka bahwa alif itu berada pada tmpat ya.
Imam syibawaihi juga menjelaskan bahwa “ alif dibaca imalah apabila terdapat sesudah alif itu huruf yang dibaca kasrah. Contoh: عابد, عالم , dalam contoh ini bisa dibaca imalah karna sesudah alif terdapat huruf yang dikasrahkan, yang bacaannya dekat antara keduanya. Ibnu AL –Ambari berpendapat bahwa imalah adalah “ huruf yang fathah dibaca seumpama kasrah dan alif seumpama ya. mayoritas ulama berpendapat bahwa imalah membaca fathah seumpama kasrah dan kasrah seumpama ya. Ibnu jani juga memberikan komentar tentang imalah serta menyebutkan tujuanya dalam kitab Al-luma’ “ imalah adalah membaca harkat fathah seumpama kasrah dan mencondongkan alif seumpama ya karna ya dan alif bunyinya sama atau sejenis. Pendapat ibnu jani sesuai dengan pendapat orang sekarang yang menyatakan bahwa fathah dan alif yang panjang (المد) itu satu. secara dzohir berpendapat bahwa imalah bertempat pada tempat yang pertama ini mengambil ‘ibarat bahwa imalah merupakan suara yang khas dengan suara(اللين) baik panjang ataupun pendek. Suara al-lain (اللين) yang pendek yang dimaksud oleh orang-orang sekarang maka orang terdahulu menyebut dengan istilah harkat, ataupun suara al-lain(اللين) yang pendek mereka memberi istilah dengan alif mad, ya mad, dan waw mad.
Dan kita jangan beranggapan bahwa ini harkat yang tersendiri , karena perbedaan antara fathah , kasrah dan dhommah hanya dari sisi suara saja, adapun dari segi nu’(النوع) tidak diperselisihkan antara fathah dan alif mad begitu juga antara kasrah dan ya mad dan antara dhommah dengan waw mad.
Imalah antara suara asal dan furu’.
Ulama masa sekarang da dahulu telah membagi imalah kepada dua pembagian:
1. kelompok pertama beranggapan bahwa imalah adalah bagian tau furu’ dari fathah
2. kelompok kedua beranggapan bahwa fathah dan imalah keduanya sama-sama asal
3. kelompok ketiga beranggapan bahwa imalah didahulukan pada suatu keadaan dan fathah juga didahulukan pada keaadaan yang lain.
Apabila seseorang bertanya kepada kita tentang alif mad yang asalnya ya seperti: باع maka wajib kita memberi penjelasan bahwa asal dari ya berkembang awalnya menjadi imalah kemudian berubah menjadi fathah.
Ahli bahasa mengatakan bahwa tujuan dari imalah adalah menyesuaikan suara dan menjadikannya dari bentuk yang satu yang tujuannya supaya ringan dan mudah mengucapkannya, oleh karena itu orang yang mengatakan bahwa fathah dan imalah berasal dari lisan orang yang mengucapkan keduanya, dan tidak bertentangan dengan keadaan fathah yang kemudian berkembang pada sebahagian keadaan menjadi imalah yang terletak di pertengahan antara fathah dan asal lafadz pada sebahagian keadaan. Kita tahu bahwa sebenarnya imalah merupak bentuk dari lahjat yang mengucapkan orang-orang arab atau qabilah-qabilah arab yang berdasarkan atas keshohihan mereka yang juga berasal dari qira’at al-qur’an, seperti bani tamim, bani asad dan bani qayis. Perlu kita ketahui bahwa imalah banyak dipakai dalam bahasa orang-orang sekarang, sejak penaklukan islam yang awalnya imalah hanya dipakai pleh orang-orang dari bani tamim, asad dan tho’I menyebar keseluruh bagian-bagian irak dan berkembang juga di India, Suryah, Libanon, serta seluruh bagian afrika dan maroko.
Ringan dalam tiap-tiap idgham dan imalah.
Syibawaihi menjelaskan tentang iltimas imalah dengan perkataannya,”mereka membaca imalah pada alif dalam lafadz ( عابد) karena kasrah yang terletak sesudah alif, mereka berpendapat bahwa makhrajnya saling berdekatan, seperti dekatnya idgham shad (ص) dari (ز) ketika mereka berkata صدر maka mereka membacanya dengan antara za (ز (dan shod( ص ) karena berdekatan antara shod dan dal, dan penjelasan tentang idgham sebagaimana mereka ingin membacanya dengan mengangkat lisan dari tempat yang satu, oleh sebab itu huruf yang satu tempatnya dekat dengan huruf yang lain, kadang-kadang alif bisa serupa dengan ya karena berdekatan”.
Al- mubarrad berpendapat bahwa ma’na imalah adalah”berdekatan huruf dari segi baris atau syakal seperti kasrah atau ya”. Abu ‘Ali ‘Al-farisi dalam kita at-takmilah berpendapat bahwa imalah merupakan bentuk dari kedekatan huruf dan mengqiyaskan dengan idgham sebagaimana imam syibawaihi juga menyebutkan dengan perkataannya” imalah merupakan hasil dari adanya persamaan bunyi atau suara dari makhraj atau tempat keluarnya yang menyebabkan kesamaran bunyi yang tidak jelas. Imalah karena adanya kesamaan atau dekatnya huruf yang satu dengan huruf yang lainnya karena ada keselarasan, seperti perkataan mereka (صدر) mereka memahami (ص) dengan suara (ز) karena saling berdekatan dengan dal pada suara, sebaimana mereka membaca sebagian huruf yang disengaja untuk disangkut pautkan dengan huruf yang lain, seperti mereka membaca imalah ketika membaca alif seperti ya, karena tempat keluar hurufnya yang sangat khusus dalam suara.
Maka imalah tujuan asalnya disebabkan karena adanya huruf dan harkat yang sejenis bunyinya dalam suatu kalimat. Dalam imalah kedekatan alif dengan ya karena bahwasanya alif tempat keluarnaya dari mulut yang atas sedangkan ya tempat keluarnya dari mulut yang paling bawah, oleh sebab itu bunyi yang keluar ketika membaca pathah condong seperti kasrah dan alif seumpama ya.
Hasil riset yang ada saat sekarang ini menunjukan bahwa ketika lidah membaca alif atau fathah mulut bagian bawah sama sehingga tidak naik keatas, maka apabila keluar dari bawah sumpama rahang bawah atas mentebabkan ketika itu muncullah imalah.
Imalah masih tetap berlaku atau terjadi pada kebanyakan lisan-lisan orang arab baduwi yang berada di pesisir pantai, begitu juga berlaku pada bani tamim, qayis dan bani asad, sebagaimana imalah juga terjadi di daerah bagian timur Maroko.
Dan telah melakukan Dr Abdul Fattah chalabi, akan penelitian ketika masa penyebaran kejelasan imalah di mesir , dan hasil dari penilitian ini bahwa meluncur berlimpah-limpah di fenomena di direktorat menoufia dan danau dan kafr el-sheikh, yang mengikuti danau dan bagian utara dari Direktorat Dakahlia pada pusat status, dakarnus dan faraskur, dan seterusnya pusat-pusat dari Direktorat barat di pusat Mahalla al-Kubra , santah dan aspal , yang terdapat di departemen Barat umum menengah , dan di khususkan pada wilayah yang jauh dari dakahlia timur, dan danau dari barat yaitu terletak di tengah-tengah , begitu juga pada Direktorat el kafr-Sheikh pada wilayah-wilayah yang jauh dari danau al-mamilah dan lebih dari apa yang tercermin pada pusat-pusat Belqas dan Bella dan kafr El-Sheikh.
Menurut pandangan direktorat al-qoblyi ialah antara imalah pertengahan dalam jumlah banyak dan sedikit imalah , dan wilayah bagian fayoum menunjukan bahwa di bagian utara nampak atau menunjukan padanya akan imalah yang jelas atas secara berlawanan dari bagian selatan , sehingga nampak di tengah-tengah keduanya akan imalah.
Dan bertanya – tanya apakah mungkin untuk menghubungkan logat antara suku- suku Arab yang tinggal di mesir sejak kemenangan Islam dengan dialek islam sekarang ? Dan menyimpulkan pada bahwasannya sebab pada imalah di tempat-tempat dari wilayah mesir, tetapi semuanya kembali kepada suku-suku Arab yang telah memasuki mesir sejak kemenangan islam , dan orang-orang arab menjadi terkenal dari imalahnya hanya saja mereka tinggal pada tempat-tempat tersebut.
Macam – macam dari imalah :
Hampir para ahli lughoh arab menerapakan atas penyebutan satu jenis dari beberapa jenis imalah yaitu membaca fathah seperti kasroh baik itu panjang atau pendek , maka mengecualikan oleh ibnu jinni , maka menunjukan ibnu jinni pada kitabnya akan rahasia سر صناعة الإعراب untuk menjelaskan beberapa dari imalah , ibnu jinni berkata : adapun fathah yang di pokokan seperti dhommah maka ia terletak sebelum alif tafkhim , contohnya : assholaah , azzakaah , du’aa . ghozaa , qooma , shoogho , syakal di sini yaitu sebelum alif maka dari itu bukan fathah yang asli tetapi fathah yang di campur sesuatu dari dhommah , dan sebagaimana alif yang setelahnya bukan alif (ا) yang utama karna mengikuti sifat syakalnya Oleh karna itu di hukumi atasnya . dan adapun dengan kasroh yang di campur dengan dhommah contohnya :قيل بيع غيض سيق , sebagaimana syakal ini yaitu alyaau (ي) yang di campur dengan dhommah , maka yaa (ي) yang di campur dengan percampuran dari wawu (و) atas apa yang mendahulukan pada alif (ا). adapun dhommah yang di gabung dengan kasroh dalam imalah contohnya : مررت بمذعور و هذا ابن بور .seperti () dengan di dhommahkan ‘ainnya (ع)dan ba (ب)seperti كسر .maka menjadikan () akan sesuatunya yaitu dari kasroh , maka sebagaimana bahwasanya syakal ini adalah sebelum wawu (و) adalah bukan dhommah yang utama , dan bukan juga kasroh yang utama.Maka demikian wawu (و) juga setelahnya yaitu di campur dengan yaa (ي) dan pemikiran imam sibawaih yaitu benar di karnakan huruf-huruf itu ikut kepada syakal-syakal yang sebelumnya , sebagaimana bahwasanya syakal yang di campur tanpa selamat maka huruf – huruf yang mengikutinya juga terdapat hukumnya.
Nash ini menunjukan akan macam – macam dari imalah yang telah terbiasa atas lisan orang orang arab yang di tambahkan pada apa yang di riwayatkan dari mereka dari imalah fathah seperti kasroh yaitu :
1. Fathah yang di condongan seperti dhommah , contohnya : الصلاة ، الزكاة
2. Kasroh yang di campur dengan dhommah dan ia terletak pada fi’il ajwaf mabni majhul . contohnya : قيل ، بيع ، سيق
3. Dhommah yang di campur dengan kasroh . contohnya : مررت بمذعور و هذا ابن بور
maav jikalau msih ada makna yg msih salah ....
BalasHapus